MODUL SESAK
Skenario
Seorang anak laki-laki umur 1 tahun 1 bulan masuk rumah
sakit dengan keluhan sesak yang dialaminya sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, selain sesak dia juga ada keluhan batuk berlendir dan demam. Anak tersebut lahir dengan
berat badan 3 kg, lahir spontan dan cukup bulan sebelumnya tidak ada riwayat
sesak.
Kata kunci :
Anak laki-laki 1 tahun 1 bulan,
dispnea, demam, batuk produktif, bayi normal.
Pertanyaan :
- Apa yang menyebabkan terjadinya sesak napas dan demam ?
- Penyakit apa yang menimbulkan sesak, demam, batuk produktif, dan menyerang anak balita ?
- Bagaimana gejala klinis dari penyakit tersebut ?
- Bagaimana etiologinya ?
- Jika merupakan infeksi bakteri atau virus, bagaimana morfologi dan klasifikasi dari bakteri atau virus tersebut ?
- Patomekanisme gejala utama dari penyakit tersebut ?
- Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa ?
- Bagaimana penatalaksanaannya ?
- Komplikasi apa yang dapat ditimbulkan ?
- Prognosis dari penyakit ini adalah ?
- Korelasi berat badan dengan sesak ?
- Bagaimana pengaruh lahir normal terhadap timbulnya penyakit saluran napas ?
Jawab
- Sesak napas terjadi karena obstruksi (menyempitnya saluran napas sewaktu ekspirasi) dan restriksi (gangguan pengembangan paru saat inspirasi). Sesak juga dapat terjadi bila ada gangguan pada jantung misalnya payah jantung karena adanya retensi pada pembuluh darah vena sehingga menyebabkan udem pada jaringan intersitisial paru dan menyebabkan gangguan difusi oksigen dan karbondioksida. Demam terjadi karena adanya proses peradangan di mana zat-zat yang bersifat pirogen dilepaskan misalnya mediator IL-1 dan beberapa jenis toksin bakteri ada yang bersifat pirogenik. Zat-zat ini kemudian akan merangsang pusat vasomotor pada hipotalamus untuk melepaskan panas tersebut ke permukaan tubuh sehingga suhu tubuh meningkat (demam).
- Diferensial diagnosis yang muncul sewaktu kelompok kami berdiskusi adalah :
- Bronkitis akut
- Asma bronkial
- TB primer pada anak
- Infeksi saluran napas atas
- Hyalin membran disease
- Pneumothorax
- Atelektasis
- SARS
Pertanyaan selanjutnya yang
mengenai diferensial diagnosis berikutnya akan dibahas satu-persatu
BRONKITIS AKUT
Definisi
Peradangan pada bronkus yang sifatnya
reversibel dan perlangsungan sementara. Bronkitis akut ini kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus sinsisial pernafasan
(Infeksi RSV) dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh bakteri. Angka
kejadian infeksi RSV tertinggi ditemukan pada bayi berumur 2-6 bulan.
Etiologi
Penyebabnya adalah RSV (respiratory syncytial virus).
RSV adalah virus yang menyebabkan infeksi pada paru-paru dan saluran
pernafasan. RSV mudah ditularkan melalui kontak fisik; menyentuh, mencium dan
berjabatan tangan dengan penderita bisa menularkan infeksi RSV. Penularan
biasanya terjadi melalui percikan ludah atau benda-benda yang terkontaminasi
oleh ludah penderita, dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui mata maupun
hidung. Di
tangan, RSV bisa hidup selama setengah jam atau lebih. Virus juga bisa hidup
selama beberapa jam pada tisu bekas.
Penularan tertinggi terjadi pada hari ke 2-4, tetapi partikel-partikel virusnya bisa terus menyebar sampai 2 minggu setelah hidung mulai mampet.
Penularan tertinggi terjadi pada hari ke 2-4, tetapi partikel-partikel virusnya bisa terus menyebar sampai 2 minggu setelah hidung mulai mampet.
Resiko terjadinya bronkitis akut ditemukan pada bayi
yang
- Lahir prematur
- Menderita gangguan sistem kekebalan
- Menderita penyakit jantung tertentu
- Menderita gangguan sistem kekebalan
- Menderita penyakit jantung tertentu
Gejala
Gejalanya mulai timbul dalam waktu 2-8 hari setelah
terinfeksi, yaitu berupa:
- Bronkitis akut biasanya dimulai dengan batuk kering.
- Bronkitis akut biasanya dimulai dengan batuk kering.
- Batuk kemudian dapat menjadi berlendir yang warnanya
putih, kuning, atau hijau.
- Sakit kepala, demam, menggigil, sesak napas.
Pada anak-anak yang lebih besar dan
pada orang dewasa, gejalanya cenderung lebih ringan seperti nyeri tenggorokan,
sakit kepala ringan, batuk ringan, demam rendah dan merasa tidak enak badan)
atau sama sekali tidak menimbulkan gejala.
Patogenesis
Virus sinsisial pernapasan berasal
dari golongan paramyxovirus yang mempunyai envelop HN (hemagglutinin dan
neurominidase) protein yang berfungsi untuk perlekatan dan fungsi lainnya yang
berguna sebagai protein fusion.
Virus yang terinhalasi bersama udara
akan melekat pada epitel kolumnair bersilia dan selanjutnya akan melakukan
replikasi. Replikasi virus dalam sel ini akan menimbulkan nekrosis sel, udem,
dan radang pada epitel nasofaring sampai bronkiolus terminalis.
Radang pada bronkus akan mengakibatkan
puing-puing nekrotik yang berkelompok, sumbatan dari epitel yang mengelupas dan
sel-sel radang. Selanjutnya hal ini akan menmenutup saluran napas dan
menimbulkan sesak napas. Respon imun tbuh bekerja dengan limfosit T sitotoksik
(CD8).
Pemeriksaan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, akan terdengar wheezing maupun bunyi abnormal paru-paru lainnya. Beberapa pasien tidak menunjukkan adanya bronkospasme.
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, akan terdengar wheezing maupun bunyi abnormal paru-paru lainnya. Beberapa pasien tidak menunjukkan adanya bronkospasme.
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan:
Rontgen dada (bisa
menunjukkan pneumonia atau bronkiolitis)
Serologi
RSV
Analis gas darah
arteri.
Penatalakasanaan
- Segera membawa anak ke dokter
jika menunjukkan gejala bronkitis.
- Bronkitis akut biasanya hanya
berlangsung selama beberapa hari antara 7 – 14 hari tetapi ada beberapa kasus
yang sampai 3 minggu.
- Anak sebaiknya minum banyak
cairan (baik air putih maupun jus buah) agar lendir hidung lebih encer dan
mudah dikeluarkan.
- Untuk menurunkan demam sebaiknya gunakan
asetaminofen, jangan memberikan aspirin kepada anak-anak karena memiliki resiko
terjadinya sindroma Reye.
- Bronkitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi
RSV sehingga tidak dapat diobati dengan antibiotik, karena antibiotik tidak
dapat melawan virus.
- Jika terjadi pneumonia berat, kadang
diberikan obat anti-virus ribavirin. Ribavirin diberikan hanya pada anak yang
beresiko tinggi dari bronkitis ini mengingat harganya yang sangat mahal.
Ribavirin bekerja dengan menghambat pembelahan virus RSV sehingga meminimalkan
cedera jaringan.
- Bayi yang menderita pneumonia berat mungkin
perlu dirawat di rumah sakit guna mendapatkan terapi pernafasan khusus, seperti
oksigen yang lembab dan obat-obatan untuk membuka saluran pernafasan.
Pencegahan
Cara yang paling
sederhana untuk membantu mencegah adalah mencuci tangan sesering mungkin, terutama
sebelum merawat bayi. Beberapa tindakan berikut bisa membantu melindungi bayi
dari bronkitis akut :
Cuci tangan dengan sabun dan air hangat setiap
kali sebelum merawat bayi
Penderita pilek atau selesma sebaiknya tidak berada dekat bayi atau jika
terpaksa, gunakan masker
Mencium bayi dapat menularkan virus
Anak-anak sangat sering menderita bronkitis akut dan infeksi ini mudah
menular diantara anak-anak, karena itu jauhkan mereka dari adiknya yang masih
bayi
Jangan merokok di dekat bayi karena asapnya menyebabkan meningkatnya
resiko terjadinya bronkitis dan infeksi RSV.
Tindakan pencegahan terhadap bronkitis
akut karena infeksi RSV, yaitu immunoglobulin RSV dan palvizumab. Kedua
bahan tersebut terbukti dapat mencegah terjadinya infeksi RSV pada anak yang
berumur kurang dari 24 bulan. Immunoglobulin RSV diberikan 1 kali/bulan melalui
infus, palvizumab diberikan 1 kali/bulan melalui suntikan.
TUBERKULOSIS ANAK
Definisi
Penyakit yang disebabkan mikrobacterium turberculosae.
Etiologi
Mycobacterium TB
terbagi menjadi dua bagian yaitu tipe human dan tipe bovin.
Patogenesis
Penularan TB
melalui droplet
↓
bakteri terbang di udara (1-2jam)
↓
bakteri tersebut diinhalasi oleh orang
sehat
↓
menempel pada saluran nafas
↓
makrofag akan terangsang
↓
bakteri berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag
↓
terbentuknya sarang primer(Ghon)
↓
bakteri menjalar ke pleura sehingga
terjadi efusi pleura
↓
bakteri masuk melalui saluran
gastrointestinal,orofaring(limfadenopati)
↓
menjalar ke vena dan dibawa ke seluruh
organ dan ke arteri
pulmonalis ke seluruh jaringan paru (TB
milier)
Gejala klinis:
- Demam (subfebris,kadang mencapai 40-41˚C)
- Pada mulanya batuk non produktif kemudian batuk
produktif
- Sesak nafas(ditemukan pada penyakit yang telah
lanjut)
- Nyeri dada(timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura menyebabkan gesekan pleura. – Malaise (anoreksia, badan makin kurus, sakit
kepala, nyeri otot, dan keringat malam)
Pemeriksaan fisis
Konjungtiva dan kulit pucat, subfebris, dan badan
kurus. Pada auskultasi ditemukan ronki basah,kasar dan nyaring
Pemeriksaan laboratorium
- uji darah
- uji sputum : BTA positif
- Tes tuberkulin
Radiologi
TB aktif kelihatan bercak,berawan,berselubung dan
ada kavitas
TB inakif kelihatan klasifikasi dan fibrosis.
Pentalaksanan
Berikan obat streptomisin,ethambutol dan
rifampicin
HYALINE MEMBRANE DISEASE
Definisi
Kerusakan alveolis yg difus disertai membran
hialin disebabkan defisiensi
surfaktan paru akibat komplikasi prematuritas ( < 36 minggu ).
Etiologi
Berhubungan dengan diabetes maternalis, kehamilan
multipel, seksio saesar, aspirasi cairan amniotik.
Epidemiologi
Sering pada bayi prematur beberapa jam selepas kelahiran
hingga hari ke-28.
Patogenesis
Sebagai akibat defisiensi surfaktan (yang
mengandung fosfolipid dan
protein) yg disekresi oleh pneumosit tipe II, yang diatur oleh
gluko kortikoid dan
hormon-hormon lain yg meningkat jelas
setelah gestasi 35 minggu. Karena itu imaturitas paru pada
bayi kurang bulan adalah
penyebab terjadinya RDS (Respiratory Distress Syndrome) yang terpenting.
Surfaktan fungsinya
untuk menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli sehingga memudahkan
mengembangnya alveoli. Kurangnya surfaktan menyebabkan paru-paru kaku
hipoksemia asidosis dan kerusakan kapiler paru. Dalam alveoli terbentuk eksudat
yg kaya akan fibrin (membrana hialin) yg selanjutnya memperburuk pertukaran
gas. Gejala Klinis : Takipnea, dispnea, ekspirasi mendengkur, sianosis, Banyak
kesamaannya dengan sindroma distres pernafasan dewasa (adult respiratoriy
distress syndrome
ARDS).
Pemeriksaan
1. Pengukuran konsentrasi surfaktan dalam cecair
amnion
2. Menggunakan ultrasonography untuk mengukur
tingkat maturitas.
3. Alveoli tidak terbuka dengan membrane hialin
menutupi duktus alveoli dan pembuluh limfe paru melebar.
Penatalaksanaan
1. Pemberian oksigen yang mencukupi ( 2-3L/jam )
sesuai kebutuhan.
2. Pemberian ventilasi buatan seperti
betamethason untuk meningkatkan maturitas paru fetus.
ASMA
BRONKIAL
Definisi
Asma
Bronkiol adalah suatu penyakit dicirikan oleh gerak balas pencerutan bronkus
yang berlebihan terhadap pelbagai stimulus yang menyebabkan penyekatan
pengaliran udara semasa ekspirasi. Asma bronkiol boleh diklasifikasikan kepada
2 berdasarkan jenis stimulus yaitu asma ekstrinsik imunologi dan asma
instrinsik bukan imunologi.
Etiologi
Allergen
merupakan factor presipitasi utama yang mencetuskan berlakunya asthma. Selain itu, terdapat beberapa obat yang bisa
menyebabkan tercetusnya serangan asthma
yaitu aspirin, tetrazine, beta adrenergic antagonists dan sulfating agents.
Lingkungan dan polusi udara juga dapat menyebabkan asthma terutama di
daerah-daerah industrial dan kampong-kampung yang persekitarannya kurang
bersih. Faktor perkerjaan juga mempengaruhi. Bagi yang terdedah pada metal
salts, abuk kayu, industrial chemicals dan plastics. Infeksi yang selalu
dikaitkan dengan asthma adalah infeksi virus. Emotional stress juga akan
mencetuskan serangan asthma. Bagi yang telah mengidap asthma, olahraga akan
menyebabkan penderita bisa diserang penyakit ini.
Gambaran klinis
Penderita
akan dating dengan keluhan utama berupa sesak napas. Juga disertai dengan
batuk-batuk. Pada serangan yang pertama, penderita akan mengalami batuk-batuk
berlendir. Namun pada peringkat yang lebih memburuk, penderita sudah mulai
batuk=batuk dengan produksi sputum yang kental. Sewaktu bernafas otot-otot
bantu pernafasan kelihatan menonjol. Penderita juga akan mengalami takikardi
dan nyeri dada yaitu rasa seperti terjepit. Bunyi pernafasan akan kedengaran
bunyi wheezing. Sianosis akan ditemukan pada fase terakhir yaitu merupakan tanda-tanda
semakin memburuk.
Patogenesis
Asthma
ekstrinsik imunologi adalah penyakit hipersensitiviti jenis I yang
diperantarakan oleh IgE. Ia berlaku pada individu yang atopik yang menghasilkan
antibody IgE akibat pendedahan kepada allergen biasa. Antibody ini terikat pada
sel mast di dalam mukosa trakeabronkus. Sel yang terpeka akibat pendedahan
berikutan kepada allergen dengan cepat melepaskan histamine yang telah sedia
terbentuk dan dengan serta merta memulakan pembentukan perantara lain, yang
paling penting antaranya adalah prostaglandin PGD4 dan leukotrien
LTD4. Leukotrien ini merupakan bronkokonstriktor yang seribu kali
lebih kuat daripada histamine.
Asthma
intrinsic bukan imunologi dipostulatkan sebagai akibat daripada satu
ketaknormalan dalam pengawalan system parasimpatetik fungsi saluran udara. Otot
polos saluran udara, kelenjar submukosa, dan kapilari dikawalatur oleh system
saraf autonomic; peransangan kolinergik dan peransangan alfa-adrenergik
menyebabkan bronkokonstriksi dan rembesan mukosa, manakala peransangan
beta-adrenergik menyebabkan perkara sebaliknya. Menurut teori, pendedahan
kepada cuaca sejuk, peningkatan ventilasi semasa bersenam, pencemaran udara dan stimulus bukan
imunologik yang lain dapat meransang eferen vagus kolinergik dan alfa-adrenergik
menyebabkan perubahan berciri dalam asthma.
Pemeriksaan Fisis
Sewaktu
inspeksi, saat pasien menarik dan menghembus napas, akan kelihatan otot-otot
pernapasannya menonjol. Pada auskultasi pula akan terdengar bunyi tambahan
yaitu wheezing atau dengan nama lain terdapat bunyi mengik.
Laboratorium
Pemeriksaan
sputum akan ditemukan warna keputihan dan lengket. Selain itu, juga ditemukan
histosit, Curschmann’s spiral, dan Charcot Leyden crystal. Dalam tes
mikroskopik akan ditemukan pula eosinophil tanda berlakunya reaksi allergy.
Pada tes darah ditemukan kadar eosinophil meningkat dan begitu juga dengan Ig
E.
Penatalaksanaan
Cara pengobatan terbahagi kepada 2
yaitu secara non farmakologi dan farmakologi. Kalau secara non farmakologi,
pasien disarankan untuk menjauhi sebarang factor-faktor risiko seperti atopi,
perokok, polusi udara dan beberapa obat-obatan yang bisa mencetuskan serangan
asthma seperti aspirin dan tetrazine.
Cara farmakologi pula, kerja obat
untuk penyakit ini adalah dengan menghambat kontraksi otot polos pada bronkus
yaitu obat beta adrenergic agonist, methylxantine dan anticholinergics. Cara
obat yang lain berupa mencegah atau mengobati inflamasi yang terjadi yaitu
glucocorticoids dan mast cell stabilizing agents.
PNEUMOTORAKS
Defenisi
Pneumotoraks
adalah keadaan terdapatnya gas/udara dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal
rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap
rongga dada.
Klasifikasi
Pneumotoraks dapat dibagi menurut :
§
Derajat kolaps : pneumotoraks kolaps totalis dan
kolaps parsialis.
§
Sebab terjadinya : pneumotoraks spontan dan
trumatik
§
Fistel : pneumotoraks tertutup, pneumotoraks
terbuka, pneumotoraks ventil.
Etiologi
Etiologi dari pneumotoraks ada
bermacam-macam dan dibagi menjadi :
§
Pneumotorak spontan yang terjadi secara
tiba-tiba dan diklasifikasikan lagi menjadi :
Ø
Pneumotoraks spontan primer, terjadi tanpa ada
riwayat penyakit paru.
Ø
Pneumotoraks spontan sekunder, terjadi karena
penyakit paru yang mendasari, seperti : TB paru, PPOK, asma bronchial,
pneumonia, tumor paru dsb.
§
Pneumotoraks traumatik yang terjadi akibat suatu
penetrasi kedalam rongga pleura karena luka tusuk/ tembak, terbagi atas :
Ø
Pneumotoraks iatrogenik, terjadi akibat tindakan
oleh tenaga medis. Terbagi:
-
Pneumotoraks iatrogenik aksidential, karena
kesalahan/komplikasi tindakan.
-
Pneumotoraks iatrogenik artificial, tejadi karena
sengaja dikerjakan.
Ø
Pneumotoraks bukan iatrogenik, terjadi akibat
jejas kecelakaan.
Patogenesis
Pneumotoraks
terjadi akibat kombinasi peninggian tekanan intrabronkus dan intra alveolus
pada suatu tempat yang lemah dalam jaringan paru yang pecah, sehingga udara
dapat masuk ke dalam rongga pleura.
Tempat
lemah dapat berupa bula dalam parenkim bagian paru perifer atau emfisema
interstitial local (bleb) atau proses paru yang menimbulkan destruksi parenkim
bagian perifer dan pleura yang berdekatan sehingga terbentuk fistel
bronkopleural.
Gambaran klinis
Pada anak besar sering didapatkan
rasa nyeri yang sekonyong-konyong disisi
toraks yang terkena, yang kemudian disusul oleh dispneu. Gejala ini sering dikira suatu serangan angina pectoris.
Pada sebagian penderita kadang –kadang dijumpai faktor pencetus berupa batuk, bersin atau latihan jasmani yang
berat. Namun kadang-kadang pneumotoraks dapat terjadi pada waktu tidur.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan
disisi toraks yang terkena, perkusi hipersonor
atau timpani, disertai bising napas
yang berkurang (lemah) atau menghilang pada auskultasi.
Pemeriksaan penunjang
§
Radiology : foto toraks memperlihatkan silkus
costoprenikus radiolusen, mediastinum dan trakea dapat terdorong kesisi yang
berlawanan.
§
Analisis gas darah kemungkinan ditemukan
hipoksemia.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pada pneumotoraks bergantung pada beberapa fa ktor, yaitu :
§
Jenis pneumotoraks,
§
Pertama kali atau residif,
§
Besarnya kolaps paru,
§
Adanya komplikasi seperti perdarahan atau
tension.
Penderita diberi obat sedatife untuk mengurangi rasa nyeri dan untuk
menenangkan. Batuk perlu dicegah misalnya dengan kodein. Anak dengan pneumotoraks
spontan diobati secara konservatif, karena pada umumnya resorpsi udara dan
pengembangan kembali jaringan paru berjalan cepat. Namun bila didapatkan
pneumotoraks tension segera dilakukan pungsi rongga pleura yang bersangkutan
dengan jarumdan kemudian dilakukan “water sealed drainage”. Pada
pneumotoraks yang terjadi berulang-ulang dapat diberikan suntikan larutan
glukosa kedalam rongga pleura untuk menimbulkan pleuritis secara kimiawi
sehingga terjadi perlengketan antara pleura viscelaris dan parietalis.
Tindakan bedah hanya dilakukan bila :
§
Cara konservatif tidak bisa,
§
Pneumotoraks spontan terjadi berulang kali,
§
Terdapat kista atau bula yang besar,
§
Pneumotorak disebabkan oleh luka tembus.
Komplikasi
§
Kegagalan respirasi akut.
§
Pneumomediastinum dan emfisema subkutan
§
Henti jantung dan kematian
Prognosis
Pasien dengan penatalaksanan baik
umumnya tidak ada komplikasi.
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
Definisi
Radang akut
saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik
bakteri, virus maupun riketsia, yang pada umumnya terjadi pada komunitas
tertutup.
Etiologi
Infeksi
bakteri, riketsia, virus (orthomyxovirus, paramyxovirus, methamyxovirus,
adenovirus, picornavirus, dan coronavirus )
Gambaran Klinis
·
Nyeri tenggorokan
·
Rhinitis
·
Batuk-batuk (kuning/putih kental)
·
Nyeri retrosternal
·
Konjunctivitis
·
Malaise
·
Cephalgia
·
Anorexia
·
Nausea
·
Diare
Patogenesa
Saluran pernapasan selama hidup
selalu terpapar dengan dunia luar sehingga dibutuhkan system pertahanan yang efektif
dan efisien dari saluran pernapasan. Adapun tiga unsur dari system ketahanan
yang penting, antara lain :
-
utuhnya epitel mukosa dan gerak mukosilia
-
makrofag alveoli
-
antibody setempat
Medikamentosa
-
Pemberian asetosol ( antipiretik dan analgetik )
-
Pemberian HCL- Codein 3x15 mg dan noscapin 3x30 mg
(antitusif )
Pencegahan
-
vaksinasi : - meneteskan pada mukosa hidung
- parenteral larutan
vaksin dalam air
- kemoprofilaksis : - pemberian
adamantanamin / HCL-amantadin
- tidak memberikan
kekebalan, menghambat/mencegah ma-
suknya
virus ke dalam sel
ATELEKTASIS
Definisi
Atelektasis
adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
Sindroma Lobus Medialis
Sindroma lobus
medialis merupakan atelektasis jangka panjang dimana lobus medialis dari paru
kanan mengkerut. Penyebab biasanya adalah penekanan bronkus oleh suatu tumor
akibat pembesaran kelenjar betah bening.
Paru-paru
tersumbat dan mengkerut, dapat berkembang menjadi pneumonia yang tidak sembuh
total dan peradangan kronik, jaringan parut dan bronkiektasis.
Atelektasis Percepatan
Atelektasis
percepatan biasanya terjadi pada pilot pesawat tempur. Penerbangan dengan
kecepatan yang tinggi akan menutup saluran pernafasan yang kecil, menyebabkan
alveoli menciut.
Penyebab
Penyebab utama
dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Bronkus adalah percabangan
utama dari trakea yang langsung menuju ke paru-paru, penyumbatan bisa juga
terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil.
Penyumbatan bias
juga disebabkan oleh adanya penyumbatan lendir, tumor, atau benda asing yang
terhisap kedalam bronkus. Atau bronkus bias tersumbat oleh suatu yang menekan
dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.
Jika saluran
nafas tersumbat, udara di dalam alveoli akan terseret dalam aliran darah
sehingga alveoli aka menciut dan memadat. Jaringan paru yang mengkerut biasanya
terisis dengan sel darah, lendir dan kemudian akan mengalami infeksi.
Faktor-faktor
resiko terjadinya atelektasis:
-
Pembiusan (anastesia) pembedahan
-
Tirah baring jangka panjag tanpa perubahan posisi
-
Pernafasan dangkal
-
Penyakit paru-paru
Gejala
Atelektasis
dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas secara ringan.
Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala, walaupun
banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
Gejalanya bias
berupa:
-
Gangguan pernafasan
-
Nyeri dada
-
Batuk. Kadang-kadang sampai terjadi syok.
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala danhasil pemeriksaan fisik Roentgen dada akan
menunjukan adanya daerah bebas udara di paru. Untuk menentukan penyebab
terjadinya penyumbatan mungkin perlu dilakukan pemeriksaan CT-scan atau
bronkoskopi serat optik.
Pengobatan
Tujuan
pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan mengembangkan jaringan
paru yang terkena.
Tindakan yang
biasa dilakukan:
-
Berbaring pada posisi paru yang sehat sehingga
paru-paru yang terkena bias kembali mengembang.
-
Menghilsngksn penyumbatan, baik melalui bronkoskopi
maupun prosedur lainnya.
-
Latihan menarik nafas dalam
-
Perkusi (menepuk-neouk) dada untuk mengencerkan dahak
-
Postural drainase
-
Antibiotic diberikan untuk semua infeksi
-
Pengobatan tumor atau keadaan yang lainnya.
-
Pada kasusu tertentu, jika infeksinya bersifat menetap
atau berulang menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian
paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap
biasanya paru-paru mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa
pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.
Pencegahan
Ada beberapa cara yang biasa dilakukan untuk
mencegah terjadinya atelektasis:
-
Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong
untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat
mungkin meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bias
diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.
-
Seseprang dengan kelainan dada atau keadaan neurologist
yang menyebabkan pernafadsan dangkal dalam jangka panjang/lama, mungkin akan
baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasan mesin ini
akan menghasilkan tekanan secara terus menerus ke paru-paru sehingga meskipun
pada akhir suatu pernafasan, saluran nafas tidak menciut.
SARS
Definisi dan Etiologi
SARS muncul di Cina
akhir tahun lalu. Setelah itu, beberapa kasus muncul dan mulai menjadi
perhatian khusus WHO. Sebenarnya, penyebabnya masih belum diketahui dengan
jelas. Ini penyakit baru. Namun, beberapa waktu lalu, ada laporan bahwa salah
seorang peneliti asal Hongkong menemukan satu virus. Penemuan itu diduga
sebagai virus penyebab SARS. Meski begitu, penemuan ini masih belum mendapat
tanggapan WHO. Saya lihat di website WHO, penemuan ini belum di update.
Gejala klinis
Ada dua kategori sebutan yang diberikan untuk seseorang yang ada
kaitannya dengan gejala SARS. Pertama, orang tersebut dicurigai terkena SARS.
Kedua, orang yang diduga keras terkena penyakit tersebut.
Untuk yang dicurigai,
gejala umumnya seperti pnemonia. Suhu badannya tinggi hingga mencapai 38
derajat Celcius. Terdapat keluhan respiratorik, yaitu sesak napas dan batuk. Ia
baru dicurigai bila ternyata merupakan orang yang merawat pasien SARS, atau
berhubungan dengan penderita, atau berasal dari negara-negara yang dijangkiti
SARS.
Sedangkan, untuk
mereka yang diduga keras terkena SARS adalah mereka yang mengalami gejala tadi
serta riwayat kontak dengan penderita, ditambah dengan pembuktian lain.
Pembuktian itu adalah rontgen paru-paru. Bila hasilnya memperlihatkan radang
seperti pnemonia serta tampak ada respiratory distress (gagal napas), akan
memperkuat dugaan SARS.
Penatalaksanaan
Selama ini, untuk pengobatan pnemonia adalah antibiotika. Namun, pemberian antibiotika berspektrum selalu tak berhasil mengobati
penderita SARS. Obatnya mungkin bukan antibiotika, tapi jenis yang mungkin bisa
membunuh virus. Ada dua obat yang diberikan pada pasien SARS, yaitu sejenis
obat golongan Steroid dan Ribavirin.
Pencegahan
Selama ini, para penderita SARS sebagian besar adalah petugas kesehatan.
Waktu pada kasus-kasus pertama, orang belum banyak yang tahu caranya menangani
penyakit ini dan mencegahnya. Namun, kejadian di Frankfurt, Jerman itu, sudah
banyak orang yang tahu. Jadi, waktu dokter Singapura itu ada gejala SARS,
penumpang lainnya langsung dikarantinakan.
Karena itu, WHO sudah memberikan peraturan untuk penanganannya. Saya yakin kita siap menangani. Berdasarkan informasi WHO yang sudah
disebarluaskan, ada beberapa cara menangani pasien SARS, seperti menggunakan
sarung tangan, masker khusus yang bisa menyaring virus, dan menempatkan pasien
di ruang isolasi serta terpisah dengan pasien lain.
Saya pikir, kita harus menjalankan peraturan itu selama masih belum ada
penjelasan lebih lanjut soal penyakit misterius ini. Untuk itu, banyak kalangan
tengah berupaya melakukan berbagai penelitian untuk menguak penyakit ini. Memang, kita harus
melihat kepada kondisinya, karena hal ini mungkin bisa berubah setiap saat.
DAFTAR PUSTAKA
Kuliah sistem respirasi.
Baliga, Ragavendra R.. 2003. 250 Cases In Clinical Medicine. New York : W.B. Saunders Company Ltd.
Engel, Joyce. 1995. Pengkajian Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gillespie, Stephen and Kathleen Bamford. 2003. Medical Microbiology and Infection at a
Glance. Oxford
: Blackwell.
Greenwood,
David, dkk.. 2002. Medical Mycrobiology.
Oxford :
Churcil Livingstone.
Harvey, Richard A. and Pamela A. Champe. 2001. Mycrobiology. New York : Wolters Kluwers Company.
Price, Sylvia A.
dan Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (buku 2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2004. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Shulman, Phair,
and Sammers. Dasar Biologis dan Klinis
Penyakit Infeksi Edisi 4. 1994. Yogyakarta : UGM Press.
No comments:
Post a Comment