PKMRS Vaksin
Hepatitis B
Sri Rahmawaty
P. Husain C111 11 109
FK UNHAS
PENDAHULUAN
Penyakit hepatitis B merupakan penyakit endemik yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di
seluruh dunia, Indonesia termasuk negara dengan kategori tingkat endemik yang
tinggi dimana prevalensi HbsAg lebih dari 8%. Infeksi hepatitis B ini cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Risiko terjadinya hepatitis B kronis jauh lebih
besar (90%) bila infeksi terjadi pada awal kehidupan dibandingkan dengan
infeksi yang terjadi pada usia dewasa. Sementara infeksi pada masa dewasa muda
biasanya menimbulkan hepatitis yang akut secara klinis tetapi resiko menjadi
kronik hanya 1% - 2 %.1
Pencegahan merupakan kunci utama untuk mengurangi
sumber penularan serta penurunan angka mortalitas dan morbiditas akibat
penyakit hepatitis B. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin pada bayi
dan balita melalui pemberian vaksin/ imunisasi hepatitis B.2
Pemberian Vaksin hepatitis B sangat efektif dalam
mencegah infeksi. Vaksinasi hepatitis B secara rutin pada anak-anak di AS
dimulai pada tahun 1991. Sejak saat itu, kasus hepatitis B akut di kalangan
anak-anak dan remaja dilaporkan mengalami penurunan hingga lebih dari 95% dan
hingga 75% pada semua kelompok usia.3
ETIOLOGI
Menurut National
Institutes of Health (2006) etiologi Hepatitis B adalah virus dan disebut
dengan Hepatitis B Virus. Virus Hepatitis B terbungkus serta mengandung genoma
DNA melingkar. Virus ini merusak fungsi hati dan sambil merusak terus
berkembang biak dalam sel-sel hati (hepatocytes).4
EPIDEMOLOGI
Menurut hasil Riskerdas tahun 2013 bahwa
jumlah orang yang didiagnosis Hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan
berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukkan peningkatan 2 kali lipat
apabila dibandingkan dari data tahun 2007 dan 2013. Pada tahun 2013, lima
provinsi di Indonesia dengan prevalensi tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur,
Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Karakteristik
prevalensi Hepatitis tertinggi terdapat pada kelompok umur 45-54 dan 65-74.
Penderita hepatitis baik pada laki-laki maupun perempuan, proporsinya tidak
berbeda secara bermakna. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi prevalensi
hepatitis, penderita hepatitis banyak ditemukan pada petani/nelayan.buruh
dibandingkan dengan pekerjaan lain.5
GEJALA KLINIS
Infeksi hepatitis B yang akut akan
terjadi dalam waktu 30-180 hari setelah virus memasuki tubuh. Pengaruh infeksi
hepatitis B banyak kasus yang tidak menunjukkan gejala klin is yang khas.
Namun, pada sebagian orang akan menunjukkan gejala prodormal atau gejala
pertama yang dirasakan oleh pasien adalah demam yang tidak terlalu tinggi, rasa
tidak selera makan, mual, dan kadang-kadang
muntah. Gejala lain juga akan terjadi lemas, sakit kepala, rasa takut
cahaya, sakit menelan, batuk dan pilek.4
Gejala hepatitis sangat mirip dengan flu
dimana 1 sampai 2 minggu kemudian barulah timbul kuning pada seluruh badan
penderita. Saat ini biasanya penderita sudah pergi berobat karena merasa ada
kelainan pada tubuhnya yang berwarna kuning. Warna kuning diikuti oleh perubahan
fungsi hati ( biasanya meningkat) pada pemeriksaan laboratorium. Fungsi hati
biasanya digambarkan oleh kenaikan SGOT dan SGPT. Satu sampai lima hari sebelum
badan kuning, keluhan kencing seperti the pekat dan warna buang air besar yang
pucat seperti diliputi lemak juga dirasakan oleh penderita.4
Pada saat badan kuning, biasanya diikuti
pula dengan pembesaran hati dan diikuti oleh rasa sakit bila ditekan di bagian
perut kanan atas. Setelah gejala tersebut akan timbul fase resolusi yang
biasanya berada dalam rentang waktu 2-12 minggu. Pada fase ini, badan kuning
dan ukuran hati berangsur kembali normal. Demikian juga dengan kenaikan fungsi
hati dan hasil pemeriksaan laboratorium akan berangsur-angsur mencapai normal
kembali.4,6
Hepatitis B akut tidak ada komplikasi akan mengalami resolusi lengkap berkisar 3
sampai 4 bulan. Bila fungsi hati ini tidak mencapai normal dalam waktu 6 bulan
atau lebih maka inilah yang disebut hepatitis B kronik.4,6
PENANDA SEROLOGIK
Pada infeksi dengan hepatitis B ada 5
penanda serologik (five immunologic
markers), yaitu: 14
1. Hepatitis B surface antigen (HBsAg)
Merupakan penanda serologik yang pertama
sekali dikenal. Blumberg yang menemukannya pada tahun 1967 dan disebutnya
Australia antigen.
Seseorang dikatakan carriers atau pengidap apabila dijumpai HBsAg
yang menetap selama 6 bulan
Pada ibu hamil, penanda serologik yang
diperiksa adalah HBsAg dan anti HBs. Bila HBsAg positip perlu diperiksa HBeAg,
untuk menentukan daya penularannya. Hal ini perlu diketahui dalam rangka
pemberian imunisasi pada bayi yang dilahirkannya.
2. Antibody against surface antigen (Anti HBs)
Didapati dalam tubuh setelah HBsAg
berhasil dieliminasi oleh tubuh dan bila berlangsung seumur hidup.
Pada dewasa, beberapa orang akan
kehilangan Anti HBs dan hanya dijumpai Anti HBc, ini hanya sebagai penanda
adanya infeksi yang telah lewat.
3. Antibody againts core antigen (Anti HBc)
Anti HBc didapati didalam serum apabila
terjadi replikasi aktif dari virus. Segera setelah infeksi akut, Anti HBc
dibentuk dan terus menerus dijumpai beberapa tahun (kadang seumur hidup). Namun
Anti HBc bukanlah antibodi yang protektif.
4. e Antigen (HBeAg)
Hanya dijumpai bersamaan dengan adanya
HBsAg, merupakan infeksi akut dengan daya penularan yang tinggi, serta bentuk penyakit
yang berat.
5. Antibody against e antigen. (Anti HBe)
Hilangnya HBeAg dalam serum akan digantikan dengan Anti Hbe. Hal
ini merupakan pertanda berkurangnya daya penularan.
CARA PENULARAN
Virus
hepatitis bisa bertahan di luar tubuh selama 7 hari. Pada waktu tersebut, virus
masih bisa menyebabkan infeksi jika masuk ke dalam tubuh yang tidak dilindungi
oleh vaksin. Masa inkubasi birus hepatitis B rata-rata 75 hari, dainata 30-180
hari. Virus bisa terdeteksi diantara hari ke 30-60 setelah terinfeksi dan bisa
bertahan dan berkembang menjadi hepatitis B kronik.7
Penularan penyakit dapat terjadi dengan
cara:8
·
Kontak dengan darah dan
cairan tubuh si ibu saat kelahiran
·
Kontak dengan darah dan
cairan tubuh melalui kulit yang terbuka seperti gigitan, sayatan, atau luka
memar
·
Kontak dengan benda-benda
yang bisa dihinggapi oleh darah atau cairan tubuh manusia, misalnya sikat gigi
atau alat cukur
·
Melakukan hubungan seks
tanpa pengaman dengan orang yang tertular
·
Berbagi jarum saat
menyuntikkan obat
·
Tertusuk jarum bekas saat
bekerja.8
IMUNISASI
1.
Definisi Imunisasi dan Vaksin
Imunisasi adalah suatu
cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau sakit ringan.9
Vaksin adalah suatu
produk biologik yang terbuat dari kuman (bakteri maupun virus), komponen kuman
atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan, atau tiruan kuman dan
berguna untuk untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang. Tindakan
yang dengan sengaja memberikan paparan pada suatu antigen berasal dari suatu
patogen disebut dengan vaksinasi.4
2.
Deskripsi vaksin hepatitis
B
Vaksin
hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktifkan dan bersifat
noninfeksius, berasal dari HBsAg dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorphal) menggunakan teknologi DNA rekombinan.9
3.
Strategi imunitas tubuh memproteksi infeksi virus hepatitis B
Menurut
Bellamy (2005), menjelaskan agar imunitas tubuh muncul untuk memproteksi agent
spesifik dapat dilakukan melalui strategi pemberian imunisasi secara pasif dan
aktif. Imunisasi pasif dilakukan dengan memindahkan antibody seperti pemberian immune globulin (HBIg).4
Imunisasi
aktif adalah dengan memberikan paparan suatu antigen yang berasal dari suatu
pathogen. Antigen yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak
menimbulkan sakit namun memproduksi limfosit yang peka, antibody dan sel
memori. Cara ini menimbulkan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan rasa sakit,
namun cukup memberikan kekebalan.4
Imunisasi
pasif berupa immunoglobulin hepatitis B (HBIg) yang digunakan sebagai antibodi
untuk melawan virus hepatitis B. HBIg digunakan untuk 4 kondisi yaitu (1) anak
yang baru lahir dari ibu pengidap hepatitis B, (2) orang yang terpapar jarum
suntik yang terinfeksi hepatitis B, (3) orang setelah melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang positif hepatitis B, (4) setelah transpantasi
hati. Untuk bayi baru lahir walaupun telah diberikan imunisasi pasif,
kemungkinan untuk terinfeksi berskisar 3,7-9,9%. Pemberian kombinasi aktif dan
pasif memberikan cukup tinggi proteksi yaitu lebih dari 90%.6
4.
Efektivitas dan lama proteksi vaksin hepatitis B
Vaksin yang
digunakan harus betul-betul efektif dan harus ditinjau secara terus menerus.
Suatu persyaratan sehingga vaksin dapat dinyatakan efektif bila dapat
merangsang timbulnya imunitas yang tepat, stabil dalam penyimpanan dan
mempunyai imunitas yang cukup. Efektivitas vaksin untuk mencegah infeksi VHB
adalah lebih dari 95%, dimana memori sistem imun menetap minimal sampai dengan
12 tahun pasca imunisasi.4
5.
Sasaran Pemberian Imunisasi
Hepatitis B
Menurut Ranuh (2005),
sasaran pemberian vaksin Hepatitis B adalah semua bayi baru lahir tanpa
memandang status VHB ibu, individu yang karena pekerjaannya beresiko tertular
VHB, karyawan di lembaga perawatan cacat mental, pasien hemodialisis, pasien
koagulopati yang membutuhkan transfusi berulang, individu yang serumah pengidap
VHB atau kontak akibat hubungan seksual, Drug users, Homosexual, dan
heterosexual.4
6.
Vaksin Pilihan untuk Memproteksi
Infeksi Virus Hepatitis B
Dalam pelaksanaan
pemberian imunisasi hapatitis B, pemilihan vaksin Hepatitis B saat ini memiliki
2 pilihan yaitu vaksin Hepatitis B dan DPT/HB Kombo. Vaksin VHB merupakan
vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, yang berasal dari HbsAg
yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansanule polymorpha) menggunakan
teknologi DNA rekombinan. Vaksin ini berindikasi untuk pemberian kekebalan
aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.9
Vaksin hepatitis B
rekombinan10
Vaksin Hepatitis B rekombinan
mengandung antigen virus Hepatitis B, HBsAg, yang tidak menginfeksi yang
dihasilkan dari biakan sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA. Vaksin Hepatitis
B rekombinan berbentuk suspensi steril berwarna
keputihan dalam prefill
injection device, yang dikemas dalam aluminum
foil pouch, and vial.10
Vaksin kombinasi DTP-HB
11
Vaksin DPT/HB Kombo merupakan vaksin DPT dan
Hepatitis B yang dikombinasikan dalam suatu preparat tunggal dan merupakan sub
unit virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Sehingga dengan adanya vaksin ini pemberian imunisasi menjadi lebih sederhana,
dan menghasilkan tingkat cakupan yang setara antara HB dan DPT.9 Untuk bayi berumur < 6 minggu pemberian
vaksin kombinasi ini tidak dianjurkan karena DPT hanya diberikan pada umur >
2 bulan jadi tidak dapat diberikan sebagai imunisasi HB pertama pada bayi baru
lahir.12
Vaksin DPT-HB-Hib15
Pentabio adalah
Vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Jerap Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B
Rekombinan, Haemophilus
influenzae tipe b) berupa
suspensi homogen yang mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri
pertusis (batuk rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni
yang tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa
kapsul polisakarida Haemophilus
influenzae tipe b tidak
infeksius yang dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. Potensi vaksin
per dosis tidak kurang dari 4 IU untuk pertusis, 30 IU untuk difteri, 60 IU
untuk tetanus (ditentukan pada mencit) atau 40 IU (ditentukan pada guinea pig), 10 mcg HBsAg dan 10 mcg Hib.15
Vaksin ini aman dan efektif
diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV),yellow fever dan suplemen vitamin A. Jika
vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus disuntikkan pada
lokasi yang berlainan. Vaksin ini tidak boleh dicampur dalam satu vial atau syringe dengan vaksin lain.15
7. Jadwal
Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B pada dasarnya
sangat fleksibel sehingga tersedia beberapa pilihan untuk menyatukan dalam
program imunisasi terpadu. Imunisasi Hepatitis B diberikan minimal 3 kali dan
pertama diberikan segera setelah lahir. Jadwal yang dianjurkan adalah usia 0,
1, dan 6 bulan karena respons antibodi pada usia itu sangat optimal.4
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini
mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu dianjurkan pada jarak 4 minggu dari
imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke 2 dan ke 3 minimal 2 bulan dan terbaik
setelah 5 bulan. Apabila anak belum pernah mendapatkan imunisasi hepatitis B
pada masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung.
Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.13
Tabel
1. Jadwal Pemberian Vaksin 10
Alternatif 1
(0-1-6 bulan)
|
Dosis pertama :
pada tanggal yang dipilih
Dosis kedua :
satu bulan kemudian
Dosis ketiga :
enam bulan setelah dosis pertama
|
Alternatif 2
(0-1-2 bulan)
|
Dosis
pertama : pada tanggal yang dipilih
Dosis
kedua : satu bulan kemudian
Dosis
ketiga : dua bulan setelah dosis
pertama
|
Alternatif 3
(0-7-21 hari)
Ket : hanya untuk dewasa, orang yang bepergian
ke daerah endemis
|
Dosis pertama : pada tanggal yang dipilih
Dosis kedua : 7 hari kemudian
Dosis ketiga : 21 hari setelah dosis pertama
|
Tabel
2. Jadwal pemberian Imunisasi pada Bayi dengan menggunakan vaksin DPT dan HB
dalam bentuk terpisah menurut tempat lahir bayi, Berdasarkan KMK No. 1611 tahun
2005.9
UMUR
|
VAKSIN
|
TEMPAT
|
Bayi
lahir di rumah:
|
||
0
bulan
|
HB1
|
Rumah
|
1
bulan
|
BCG,
Polio 1
|
Posyandu*
|
2
bulan
|
DPT1,HB2,
Polio2
|
Posyandu*
|
3
bulan
|
DPT2,HB3,
Polio3
|
Posyandu*
|
4
bulan
|
DPT3,
Polio4
|
Posyandu*
|
9
bulan
|
Campak
|
Posyandu*
|
Bayi
lahir di RS/RB/Bidan praktek :
|
||
0
bulan
|
HB1,
Polio1, BCG
|
RS/RB/Bidan
|
2
bulan
|
DPT1,HB2,
Polio2
|
RS/RB/Bidan/#
|
3
bulan
|
DPT2,HB3,
Polio3
|
RS/RB/Bidan/#
|
4
bulan
|
DPT3,
Polio4
|
RS/RB/Bidan/#
|
9
bulan
|
Campak
|
RS/RB/Bidan/#
|
Ket :
* : atau tempat pelayanan lain
# : atau posyandu
Tabel
3. Jadwal pemberian Imunisasi pada Bayi dengan menggunakan vaksin DPT /HB
Kombo, Berdasarkan KMK No. 1611 tahun 2005.9
UMUR
|
VAKSIN
|
TEMPAT
|
Bayi
lahir di rumah:
|
||
0
bulan
|
HB1
|
Rumah
|
1
bulan
|
BCG,
Polio 1
|
Posyandu*
|
2
bulan
|
DPT/HB
Kombo1, Polio2
|
Posyandu*
|
3
bulan
|
DPT/HB
Kombo2, Polio3
|
Posyandu*
|
4
bulan
|
DPT/HB
Kombo3, Polio4
|
Posyandu*
|
9
bulan
|
Campak
|
Posyandu*
|
Bayi
lahir di RS/RB/Bidan praktek :
|
||
0
bulan
|
HB1,
Polio1, BCG
|
RS/RB/Bidan
|
2
bulan
|
DPT/HB
Kombo1, Polio2
|
RS/RB/Bidan/#
|
3
bulan
|
DPT/HB
Kombo2, Polio3
|
RS/RB/Bidan/#
|
4
bulan
|
DPT/HB
Kombo3, Polio4
|
RS/RB/Bidan/#
|
9
bulan
|
Campak
|
RS/RB/Bidan/#
|
Ket :
* : atau tempat pelayanan lain
# : atau posyandu
8.
Dosis
Dosis yang
dianjurkan berbeda antara anak dan dewasa. Pada anak dosis yang dianjurkan 10
ug/dosis : sedang pada dewasa 20 ug/dosis.14
Pemberian
imunisasi HB pada bayi berdasarkan status HBsAg ibu pada saat melahirkan,
sebagai berikut:12
1. Bayi
lahir dari ibu dengan status HBsAg yang tidak diketahui.
Diberikan vaksin
rekombinan (10 mg) secara intramuskular, dalam waktu 12 jam sejak lahir.
Dosis ke dua diberikan
pada umur 1-2 bulan dan dosis ke tiga pada umur 6 bulan. Apabila pada
pemeriksaan selanjutnya diketahui HbsAg ibu positif, segera berikan 0,5 ml imunoglobulin anti hepatitis (HBIG) (sebelum
usia 1 minggu).
2. Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif.
Dalam waktu 12 jam
setelah lahir, secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan
secara intramuskular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis ke dua diberikan 1-2
bulan sesudahnya, dan dosis ke tiga diberikan pada usia 6 bulan.
3. Bayi
lahir dari ibu dengan HBsAg negatif.
Diberikan vaksin
rekombinan secara intramuscular pada umur 2-6 bulan. Dosis ke dua diberikan 1-2
bulan kemudian dan dosis ke tiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertama.12
Pemberian pada bayi prematur
Untuk bayi prematur, American Academy of
Pediatrics (AAP) menganjurkan pemberian imunisasi
HB pada bayi prematur dengan cara sebagai berikut:12
1. Bayi
yang lahir dari Ibu HBsAg negatif dan berat badan < 2 kg; pemberian
imunisasi ditunda sampai anak keluar dari rumah sakit, yaitu sampai berat badan
anak 2 kg atau umur anak 2 bulan.
Vaksinasi yang diberikan sebanyak 3 dosis. Pada pasien ini tidak
diperlukan pemeriksaan serologik.
2. Bayi
yang lahir dari Ibu dengan HBsAg positif:
-
Bayi prematur : dosis pertama diberikan
dalam 12 jam pertama. Dosis kedua diberikan 1 – 2 bulan kemudian dan dosis
ketiga pada umur 6 – 18 bulan. HBIG 0,5
ml diberikan segera pada tempat yang berbeda.
-
Bayi prematur dengan berat lahir < 2
kg: dosis pertama yang diberikan tidak dihitung, dilanjutkan 3 dosis lagi
sampai total 4 dosis. Pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg dilakukan 1–3 bulan
setelah dosis ke empat. Bila konsentrasi anti HBs < 10 mIU/ml berikan 3
dosis lagi dengan jadwal 0,1 dan 6 bulan diikuti pemeriksaan anti HBs 1 bulan
sesudah dosis ke tiga.
3. Bayi
yang lahir dari Ibu dengan status HBsAg tidak diketahui:
Bayi prematur dengan
berat lahir < 2 kg: status HBsAg Ibu diperiksa sesegera mungkin, bila dalam
12 jam tidak dapat ditentukan maka berikan
HBIG 0,5 ml dan vaksinasi dosis pertama. Bila ternyata HBsAg ibu
positif, maka dosis pertama tidak dihitung, lanjutkan sebanyak 3 dosis lagi
sampai total 4 dosis. Pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg dilakukan 1–3 bulan
setelah dosis ke empat. Bila konsentrasi anti HBs < 10 mIU/ml diberikan 3
dosis lagi dengan jadwal 0,1 dan 6 bulan, diikuti dengan pemeriksaan anti HBs 1
bulan sesudah dosis ke tiga.12
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang
bulan adalah titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah
daripada bayi cukup bulan dan respons imun bayi-bayi tersebut masih belum
efektif. Sistem imun belum cukup matur
untuk meningkatkan respon imun yang adekuat. Bila imunisasi diberikan segera
setelah lahir, hanya 53-68 % yang akan mengalami serokonversi 1 bulan pasca
imunisasi ke tiga. Penundaan imunisasi akan meningkatkan angka serokonversi
menjadi 90 %, tetapi dengan lama proteksi yang belum diketahui.12
Keberhasilan imunisasi tergantung beberapa faktor,
yaitu: status imun, faktor genetik pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin.
Keberhasilan imunisasi memerlukan maturitas imunologik. Pada neonatus, fungsi makrofag masih kurang,
terutama fungsi mempresentasikan antigen karena ekspresi HLA (human
leukocyte antigen) pada permukaannya masih kurang dan deformabilitas
membran serta respons kemotaktik yang masih kurang. Kadar komplemen dan
aktivitas opsonin komplemen masih rendah demikian pula aktivitas kemotaktik
serta daya lisisnya. Fungsi sel Ts (T supressor) relatif lebih menonjol
dibandingkan pada bayi atau anak karena memang fungsi imun pada masa intra
uterin lebih ditekankan pada toleransi. Hal ini masih terlihat pada bayi baru
lahir. Pembentukan antibodi spesifik
terhadap antigen tertentu masih kurang. Dengan sendirinya, vaksinasi pada neonates
akan memberikan hasil yang kurang sempurna dibandingkan dengan anak. Namun
demikian bayi prematur atau bayi berat lahir rendah tetap dianjurkan untuk diimunisasi sesuai usia kronologisnya,
dan dosis vaksin tidak perlu dikurangi.12
Tabel 4. Dosis Vaksin Hepatitis B rekombinan.10
Kelompok
|
Formulasi
|
Dosis 1
|
Dosis 2
|
Dosis 3
|
Bayi dan
anak <10 tahun
|
10 mcg/0.5 mL
|
0.5 mL
|
0.5 mL
|
0.5 mL
|
Dewasa
|
20 mcg/
1.0 mL
|
1.0 mL
|
1.0 mL
|
1.0 mL
|
9.
Tempat Penyuntikan
Semua vaksin hepatitis harus diberikan
secara Intramuskular (I.M.). ini dilakukan sejak dibuktikan bahwa pemberian
secara Subcutan (S.C.) kurang baik dalam membentuk daya kebal.14 Kecuali pada orang dengan kecenderungan
pendarahan berat (seperti hemofilia), vaksin diberikan secara subkutan.10
Penyuntikan dianjurkan di daerah deltoid atau paha
anterolateral. Pada orang
dewasa dan anak di bagian otot deltoid, sedangkan
pada bayi di bagian anterolateral paha.10 Titer antibodi pada
penyuntikan di deltoid, terbukti 17 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
penyuntikan di regio gluteus. Kurang lebih 20 % subyek dengan suntikan di
gluteus gagal memproduksi antibodi protektif, hal ini mungkin disebabkan karena
banyaknya jaringan lemak sehingga suntikan tidak mencapai otot. 12
10.
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) hepatitis B
Efek samping yang akan muncul setelah
pemberian vaksin hepatitits B adalah akan muncul reaksi lokal seperti rasa
sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Namun reaksi
ini merupakan suatu proses yang normal karena bersifat ringan dan hilang
setelah 2 hari.9
Hepatitis B adalah vaksin yang sangat
aman. Sebagian besar orang tidak mengalami masalah dengan vaksin ini. Menurut laporan, masalah berikut pernah
terjadi : 3
-
Rasa nyeri pada bagian tubuh
yang disuntik (dialami oleh kira-kira 2 diantara 4 orang)
-
Suhu tubuh mencapai 99oF
atau lebih (dialami kira-kira 1 diantra 15 orang)
Masalah yang berat jarang terjadi.
Reaksi alergi yang parah diyakini terjadi sekitar satu kali dalam 1.1 juta
dosis.3
11.
Kontraindikasi pemberian
vaksin hepatitis B
Kontra indikasi vaksin ini adalah pada
bayi yang hipersensitif terhadap komponen vaksin hepatitis B. Sama halnya
seperti vaksin-vaksin lain, dimana vaksin hepatitis B juga tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat yang
disertai kejang.9
12.
Penyimpanan vaksin
Hepatitis B
Vaksin
Hepatitis B rekombinan dapat disimpan sampai 26 bulan setelah tanggal produksi pada
suhu antara +2°C s/d +8°C. Jangan
Dibekukan.10
13. Hal yang harus diperhatikan saat
akan menggunakan vaksin
Hal yang harus diperhatikan saat akan menggunakan
vaksin secara umum adalah sebagai berikut :
a. Perhatikan
tanggal kadaluarsa
b. Perhatikan
VVM (Vaccine Vial Monitor)
Pada
vaksin hidup.
Menilai
vaksin apakah sudah pernah terpapar suhu diatas batas yg diperbolehkan. Caranya
membandingkan warna kotak dengan lingkaran disekitarnya.
VVM A :
warna kotak masih putih dari lingkaran sekitar. Bila belum kadaluarsa, gunakan
vaksin
VVM B :
warna vaksin berubah lebih gelap tapi masih lebih terang dari lingkaran sekitar.
bila belum kadaluwarsa, segera gunakan vaksin
VVM C :
warna vaksin sama gelapnya dengan lingkaran sekitar. Jangan gunakan vaksin,
segera lapor ke pimpinan.
VVM D :
warna vaksin lebih gelap dari lingkaran sekitar. Jangan gunakan vaksin, segera
lapor ke pimpinan.
c.
Freeze
tag / freeze watch
Untuk
vaksin inaktif. Untuk mengetahui apakah vaksin pernah terpapar suhu DIBAWAH 0
C. Tanda freeze watch bila warna biru
melebar, vaksin tidak boleh dipakai. Tanda freeze
tag bila muncul tanda silang, vaksin tidak boleh dipakai.
d. Warna
dan kejernihan vaksin
Merupakan
indikator kestabilan vaksin.
Contohnya
vaksin polio harus berwarna kuning orange. Bila warnanya berubah menjadi pucat
atau kemerahan berarti pH nya telah berubah sehingga tidak stabil dan tidak
boleh digunakan.
Vaksin toksoid, rekombinan, dan polisakarida berwarna putih
berkabut. Bila menggumpal atau ada endapan, maka sudah pernah beku, tidak boleh
digunakan
e. Uji
test kocok
Uji kocok untuk
membuktikan vaksin pernah membeku atau tidak. Caranya kocok vaksin, diamkan
selama 60 menit, bila ada endapan, jangan digunakan15
KESIMPULAN
-
Hepatitis B merupakan
penyakit endemis di Negara berkembang, yang disebabkan oleh virus yang dapat
merusak sel-sel dan fungsi hati.
-
Pemberian Vaksin hepatitis B sangat
efektif dalam mencegah infeksi virus hepatitis B.
-
Vaksin hepatitis B tersedia dalam bentuk
rekombinan maupun kombinasi dengan vaksin lainnya contohnya DTP
-
Pemberian vaksin hepatitis B minimal 3 kali.
Jadwal yang dianjurkan adalah usia 0, 1, dan 6 bulan pada bayi karena respons antibodi pada usia
itu sangat optimal
-
Vaksin hepatitis diberikan
secara intramuskular dan dianjurkan disuntikkan pada deltoid atau paha
anterolateral.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kusmawati,
Laili dkk. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian imunisasi
hepatitis b 0-7 hari. berita kedokteran masyarakat Vol. 23, no. 1.
Jogjakarta
2. Harahap,
Juliandi. 2009. Evaluasi Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Usia 12–24
Bulan di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Majalah Kedokteran Nusantara
Volume 42 No. 1 . Universitas Sumatera Utara
3.
VIS-Indonesian,
2012. Vaksinasi Hepatitis B yang Perlu Anda Ketahui. www.immunize.org/vis. translation provided by the Wenworth-Douglasss
Hospital
4.
Helmi, Alfian.
2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Perilaku Ibu dalam
Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi di Kabupaten Aceh Utara. Medan
5.
Pusdatin
Kemenkes RI, 2014. Situasi dan Analisis Hepatitis. Pekan Peduli Hepatitis B
4-12 September 2014
6.
Zain, lukman
Hakim, 2006. Hepatitis B dan permasalahannya. Peringatan dies natalis ke 54
Universitas Sumatera Utara.
7.
WHO, 2015.
Media Centre Hepatitis B Fact Sheet www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/# . last update Maret 2015. Diakses pada 2 juni 2015
8.
CDC,2007.
Vaksinasi Hepatitis B. http://www.asiaohio.org/wp-content/uploads/2011/06/indonesian_hepatitis_b.pdf diakses pada 19 juni 2015
9.
Depkes.
2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Kementrian Kesehatan Indonesia.
Jakarta
10. Biofarma.
Vaksin Hepatitis B rekombinan. http://www.biofarma.co.id/
?dt_portfolio=hepatitis-b-vaccine-recombinant-2\
diakses pada 16 juni 2015
11. Biofarma.Vaksin Kombinasi DPT-Hb. http://www.biofarma.co.id/wp-content/uploads/2013/08/Vaksin-DTP-HB-10.png
diakses pada 16 juni 2015
12. Ismalita.2003. Pemberian Imunisasi
Hepatitis B pada Bayi Prematur. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003: 163 –
167. Medan
13. Rusmil, kusnadi. 2015. Melengkapi/Mengejar Imunisasi
(bagian 2). Ikatan dokter Anak Indonesia. http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-ii.html. diakses pada 7 juni 2015
14. Chairuddin P. Lubis, 2004. Imunisasi
Hepatitis B Manfaat Dan Kegunaannya Dalam Keluarga. Universitas Sumatera Utara.
15. Biofarma. Vaksin DPT-HB-HiB. http://www.biofarma.co.id/?dt_portfolio
=pentabio-vaksin-dtp-hb-hib
diakses pada 20 juni 2015
16. Rinangtyas, Kengi. 2011. Slide kuliah
Imunisasi. http://www.slideshare.net/kenggi/imunisasi-10554445?from_action=save&from=
fblanding. Diakses pada 20
juni 2015
No comments:
Post a Comment