Pages

PKMS Vaksin Hepatitis B

Friday, December 18, 2015

PKMRS Vaksin Hepatitis B
Sri Rahmawaty P. Husain C111 11 109
FK UNHAS

PENDAHULUAN
Penyakit hepatitis B merupakan penyakit endemik yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, Indonesia termasuk negara dengan kategori tingkat endemik yang tinggi dimana prevalensi HbsAg lebih dari 8%. Infeksi hepatitis B ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Risiko terjadinya hepatitis B kronis jauh lebih besar (90%) bila infeksi terjadi pada awal kehidupan dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada usia dewasa. Sementara infeksi pada masa dewasa muda biasanya menimbulkan hepatitis yang akut secara klinis tetapi resiko menjadi kronik hanya 1% - 2 %.1 
Pencegahan merupakan kunci utama untuk mengurangi sumber penularan serta penurunan angka mortalitas dan morbiditas akibat penyakit hepatitis B. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin pada bayi dan balita melalui pemberian vaksin/ imunisasi hepatitis B.2
Pemberian Vaksin hepatitis B sangat efektif dalam mencegah infeksi. Vaksinasi hepatitis B secara rutin pada anak-anak di AS dimulai pada tahun 1991. Sejak saat itu, kasus hepatitis B akut di kalangan anak-anak dan remaja dilaporkan mengalami penurunan hingga lebih dari 95% dan hingga 75% pada semua kelompok usia.3

ETIOLOGI
Menurut National Institutes of Health (2006) etiologi Hepatitis B adalah virus dan disebut dengan Hepatitis B Virus. Virus Hepatitis B terbungkus serta mengandung genoma DNA melingkar. Virus ini merusak fungsi hati dan sambil merusak terus berkembang biak dalam sel-sel hati (hepatocytes).4

EPIDEMOLOGI
Menurut hasil Riskerdas tahun 2013 bahwa jumlah orang yang didiagnosis Hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukkan peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dari data tahun 2007 dan 2013. Pada tahun 2013, lima provinsi di Indonesia dengan prevalensi tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Karakteristik prevalensi Hepatitis tertinggi terdapat pada kelompok umur 45-54 dan 65-74. Penderita hepatitis baik pada laki-laki maupun perempuan, proporsinya tidak berbeda secara bermakna. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi prevalensi hepatitis, penderita hepatitis banyak ditemukan pada petani/nelayan.buruh dibandingkan dengan pekerjaan lain.5

GEJALA KLINIS
Infeksi hepatitis B yang akut akan terjadi dalam waktu 30-180 hari setelah virus memasuki tubuh. Pengaruh infeksi hepatitis B banyak kasus yang tidak menunjukkan gejala klin is yang khas. Namun, pada sebagian orang akan menunjukkan gejala prodormal atau gejala pertama yang dirasakan oleh pasien adalah demam yang tidak terlalu tinggi, rasa tidak selera makan, mual, dan kadang-kadang  muntah. Gejala lain juga akan terjadi lemas, sakit kepala, rasa takut cahaya, sakit menelan, batuk dan pilek.4
Gejala hepatitis sangat mirip dengan flu dimana 1 sampai 2 minggu kemudian barulah timbul kuning pada seluruh badan penderita. Saat ini biasanya penderita sudah pergi berobat karena merasa ada kelainan pada tubuhnya yang berwarna kuning. Warna kuning diikuti oleh perubahan fungsi hati ( biasanya meningkat) pada pemeriksaan laboratorium. Fungsi hati biasanya digambarkan oleh kenaikan SGOT dan SGPT. Satu sampai lima hari sebelum badan kuning, keluhan kencing seperti the pekat dan warna buang air besar yang pucat seperti diliputi lemak juga dirasakan oleh penderita.4
Pada saat badan kuning, biasanya diikuti pula dengan pembesaran hati dan diikuti oleh rasa sakit bila ditekan di bagian perut kanan atas. Setelah gejala tersebut akan timbul fase resolusi yang biasanya berada dalam rentang waktu 2-12 minggu. Pada fase ini, badan kuning dan ukuran hati berangsur kembali normal. Demikian juga dengan kenaikan fungsi hati dan hasil pemeriksaan laboratorium akan berangsur-angsur mencapai normal kembali.4,6
Hepatitis B akut tidak ada komplikasi  akan mengalami resolusi lengkap berkisar 3 sampai 4 bulan. Bila fungsi hati ini tidak mencapai normal dalam waktu 6 bulan atau lebih maka inilah yang disebut hepatitis B kronik.4,6

PENANDA SEROLOGIK
Pada infeksi dengan hepatitis B ada 5 penanda serologik (five immunologic markers), yaitu: 14
1. Hepatitis B surface antigen (HBsAg)
Merupakan penanda serologik yang pertama sekali dikenal. Blumberg yang menemukannya pada tahun 1967 dan disebutnya Australia antigen.
Seseorang dikatakan carriers atau pengidap apabila dijumpai HBsAg yang menetap selama 6 bulan
Pada ibu hamil, penanda serologik yang diperiksa adalah HBsAg dan anti HBs. Bila HBsAg positip perlu diperiksa HBeAg, untuk menentukan daya penularannya. Hal ini perlu diketahui dalam rangka pemberian imunisasi pada bayi yang dilahirkannya.
2. Antibody against surface antigen (Anti HBs)
Didapati dalam tubuh setelah HBsAg berhasil dieliminasi oleh tubuh dan bila berlangsung seumur hidup.
Pada dewasa, beberapa orang akan kehilangan Anti HBs dan hanya dijumpai Anti HBc, ini hanya sebagai penanda adanya infeksi yang telah lewat.
3. Antibody againts core antigen (Anti HBc)
Anti HBc didapati didalam serum apabila terjadi replikasi aktif dari virus. Segera setelah infeksi akut, Anti HBc dibentuk dan terus menerus dijumpai beberapa tahun (kadang seumur hidup). Namun Anti HBc bukanlah antibodi yang protektif.
4. e Antigen (HBeAg)
Hanya dijumpai bersamaan dengan adanya HBsAg, merupakan infeksi akut dengan daya penularan yang tinggi, serta bentuk penyakit yang berat.
5. Antibody against e antigen. (Anti HBe)
Hilangnya HBeAg dalam serum akan digantikan dengan Anti Hbe. Hal ini merupakan pertanda berkurangnya daya penularan.

CARA PENULARAN
Virus hepatitis bisa bertahan di luar tubuh selama 7 hari. Pada waktu tersebut, virus masih bisa menyebabkan infeksi jika masuk ke dalam tubuh yang tidak dilindungi oleh vaksin. Masa inkubasi birus hepatitis B rata-rata 75 hari, dainata 30-180 hari. Virus bisa terdeteksi diantara hari ke 30-60 setelah terinfeksi dan bisa bertahan dan berkembang menjadi hepatitis B kronik.7
Penularan penyakit dapat terjadi dengan cara:8
·         Kontak dengan darah dan cairan tubuh si ibu saat kelahiran
·         Kontak dengan darah dan cairan tubuh melalui kulit yang terbuka seperti gigitan, sayatan, atau luka memar
·         Kontak dengan benda-benda yang bisa dihinggapi oleh darah atau cairan tubuh manusia, misalnya sikat gigi atau alat cukur
·         Melakukan hubungan seks tanpa pengaman dengan orang yang tertular
·         Berbagi jarum saat menyuntikkan obat
·         Tertusuk jarum bekas saat bekerja.8

IMUNISASI
1.      Definisi Imunisasi dan Vaksin
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan.9
Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman (bakteri maupun virus), komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan, atau tiruan kuman dan berguna untuk untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang. Tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan pada suatu antigen berasal dari suatu patogen disebut dengan vaksinasi.4
2.       Deskripsi vaksin hepatitis B
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktifkan dan bersifat noninfeksius, berasal dari HBsAg dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorphal) menggunakan teknologi DNA rekombinan.9

3.      Strategi imunitas tubuh memproteksi infeksi virus hepatitis B
Menurut Bellamy (2005), menjelaskan agar imunitas tubuh muncul untuk memproteksi agent spesifik dapat dilakukan melalui strategi pemberian imunisasi secara pasif dan aktif. Imunisasi pasif dilakukan dengan memindahkan antibody seperti pemberian immune globulin (HBIg).4
Imunisasi aktif adalah dengan memberikan paparan suatu antigen yang berasal dari suatu pathogen. Antigen yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi limfosit yang peka, antibody dan sel memori. Cara ini menimbulkan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan rasa sakit, namun cukup memberikan kekebalan.4
Imunisasi pasif berupa immunoglobulin hepatitis B (HBIg) yang digunakan sebagai antibodi untuk melawan virus hepatitis B. HBIg digunakan untuk 4 kondisi yaitu (1) anak yang baru lahir dari ibu pengidap hepatitis B, (2) orang yang terpapar jarum suntik yang terinfeksi hepatitis B, (3) orang setelah melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang positif hepatitis B, (4) setelah transpantasi hati. Untuk bayi baru lahir walaupun telah diberikan imunisasi pasif, kemungkinan untuk terinfeksi berskisar 3,7-9,9%. Pemberian kombinasi aktif dan pasif memberikan cukup tinggi proteksi yaitu lebih dari 90%.6

4.      Efektivitas dan lama proteksi vaksin hepatitis B
Vaksin yang digunakan harus betul-betul efektif dan harus ditinjau secara terus menerus. Suatu persyaratan sehingga vaksin dapat dinyatakan efektif bila dapat merangsang timbulnya imunitas yang tepat, stabil dalam penyimpanan dan mempunyai imunitas yang cukup. Efektivitas vaksin untuk mencegah infeksi VHB adalah lebih dari 95%, dimana memori sistem imun menetap minimal sampai dengan 12 tahun pasca imunisasi.4

5.      Sasaran Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Menurut Ranuh (2005), sasaran pemberian vaksin Hepatitis B adalah semua bayi baru lahir tanpa memandang status VHB ibu, individu yang karena pekerjaannya beresiko tertular VHB, karyawan di lembaga perawatan cacat mental, pasien hemodialisis, pasien koagulopati yang membutuhkan transfusi berulang, individu yang serumah pengidap VHB atau kontak akibat hubungan seksual, Drug users, Homosexual, dan heterosexual.4

6.      Vaksin Pilihan untuk Memproteksi Infeksi Virus Hepatitis B
Dalam pelaksanaan pemberian imunisasi hapatitis B, pemilihan vaksin Hepatitis B saat ini memiliki 2 pilihan yaitu vaksin Hepatitis B dan DPT/HB Kombo. Vaksin VHB merupakan vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, yang berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansanule polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin ini berindikasi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.9

 Hepatitis-B.jpg
Vaksin hepatitis B rekombinan10

Vaksin  Hepatitis  B   rekombinan   mengandung antigen virus Hepatitis B, HBsAg, yang tidak menginfeksi yang dihasilkan dari biakan sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA. Vaksin Hepatitis  B  rekombinan berbentuk suspensi  steril berwarna  keputihan  dalam  prefill injection device, yang dikemas dalam aluminum foil pouch, and vial.10
Vaksin-DTP-HB-10.png
Vaksin kombinasi DTP-HB 11

Vaksin DPT/HB Kombo merupakan vaksin DPT dan Hepatitis B yang dikombinasikan dalam suatu preparat tunggal dan merupakan sub unit virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious. Sehingga dengan adanya vaksin ini pemberian imunisasi menjadi lebih sederhana, dan menghasilkan tingkat cakupan yang setara antara HB dan DPT.9  Untuk bayi berumur < 6 minggu pemberian vaksin kombinasi ini tidak dianjurkan karena DPT hanya diberikan pada umur > 2 bulan jadi tidak dapat diberikan sebagai imunisasi HB pertama pada bayi baru lahir.12

Produk-Pentavalent-66.jpg
Vaksin DPT-HB-Hib15
Pentabio adalah Vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Jerap Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B Rekombinan, Haemophilus influenzae tipe b) berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida Haemophilus influenzae tipe b tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. Potensi vaksin per dosis tidak kurang dari 4 IU untuk pertusis, 30 IU untuk difteri, 60 IU untuk tetanus (ditentukan pada mencit) atau 40 IU (ditentukan pada guinea pig), 10 mcg  HBsAg dan 10 mcg Hib.15
Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV),yellow fever dan suplemen vitamin A. Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus disuntikkan pada lokasi yang berlainan. Vaksin ini tidak boleh dicampur dalam satu vial atau syringe dengan vaksin lain.15

7.      Jadwal Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B pada dasarnya sangat fleksibel sehingga tersedia beberapa pilihan untuk menyatukan dalam program imunisasi terpadu. Imunisasi Hepatitis B diberikan minimal 3 kali dan pertama diberikan segera setelah lahir. Jadwal yang dianjurkan adalah usia 0, 1, dan 6 bulan karena respons antibodi pada usia itu sangat optimal.4
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke 2 dan ke 3 minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5 bulan. Apabila anak belum pernah mendapatkan imunisasi hepatitis B pada masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung. Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.13

Tabel 1. Jadwal Pemberian Vaksin 10
Alternatif 1
(0-1-6 bulan)
Dosis pertama    : pada tanggal yang dipilih
Dosis kedua       : satu bulan kemudian
Dosis ketiga       : enam bulan setelah dosis pertama
Alternatif 2
(0-1-2 bulan)
Dosis pertama    : pada tanggal yang dipilih
Dosis kedua       : satu bulan kemudian
Dosis ketiga       : dua bulan setelah dosis pertama
Alternatif 3
(0-7-21 hari)
Ket : hanya untuk dewasa, orang yang bepergian ke daerah endemis
Dosis pertama    : pada tanggal yang dipilih
Dosis kedua       : 7 hari kemudian
Dosis ketiga       : 21 hari setelah dosis pertama

Tabel 2. Jadwal pemberian Imunisasi pada Bayi dengan menggunakan vaksin DPT dan HB dalam bentuk terpisah menurut tempat lahir bayi, Berdasarkan KMK No. 1611 tahun 2005.9
UMUR
VAKSIN
TEMPAT
Bayi lahir di rumah:
0 bulan
HB1
 Rumah
1 bulan
BCG, Polio 1
Posyandu*
2 bulan
DPT1,HB2, Polio2
Posyandu*
3 bulan
DPT2,HB3, Polio3
Posyandu*
4 bulan
DPT3, Polio4
Posyandu*
9 bulan
Campak
Posyandu*
Bayi lahir di RS/RB/Bidan praktek :
0 bulan
HB1, Polio1, BCG
RS/RB/Bidan
2 bulan
DPT1,HB2, Polio2
RS/RB/Bidan/#
3 bulan
DPT2,HB3, Polio3
RS/RB/Bidan/#
4 bulan
DPT3, Polio4
RS/RB/Bidan/#
9 bulan
Campak
RS/RB/Bidan/#
Ket :
* : atau tempat pelayanan lain
# : atau posyandu

Tabel 3. Jadwal pemberian Imunisasi pada Bayi dengan menggunakan vaksin DPT /HB Kombo, Berdasarkan KMK No. 1611 tahun 2005.9
UMUR
VAKSIN
TEMPAT
Bayi lahir di rumah:
0 bulan
HB1
 Rumah
1 bulan
BCG, Polio 1
Posyandu*
2 bulan
DPT/HB Kombo1, Polio2
Posyandu*
3 bulan
DPT/HB Kombo2, Polio3
Posyandu*
4 bulan
DPT/HB Kombo3, Polio4
Posyandu*
9 bulan
Campak
Posyandu*
Bayi lahir di RS/RB/Bidan praktek :
0 bulan
HB1, Polio1, BCG
RS/RB/Bidan
2 bulan
DPT/HB Kombo1, Polio2
RS/RB/Bidan/#
3 bulan
DPT/HB Kombo2, Polio3
RS/RB/Bidan/#
4 bulan
DPT/HB Kombo3, Polio4
RS/RB/Bidan/#
9 bulan
Campak
RS/RB/Bidan/#
Ket :
* : atau tempat pelayanan lain
# : atau posyandu

8.      Dosis
Dosis yang dianjurkan berbeda antara anak dan dewasa. Pada anak dosis yang dianjurkan 10 ug/dosis : sedang pada dewasa 20 ug/dosis.14
Pemberian imunisasi HB pada bayi berdasarkan status HBsAg ibu pada saat  melahirkan,  sebagai berikut:12
1.      Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAg yang tidak diketahui.
Diberikan vaksin rekombinan (10 mg) secara intramuskular, dalam waktu 12 jam sejak lahir.
Dosis ke dua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ke tiga pada umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui HbsAg ibu positif, segera berikan 0,5 ml  imunoglobulin anti hepatitis (HBIG) (sebelum usia 1 minggu).
2.       Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif.
Dalam waktu 12 jam setelah lahir, secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara intramuskular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis ke dua diberikan 1-2 bulan sesudahnya, dan dosis ke tiga diberikan pada usia 6 bulan.
3.      Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negatif.
Diberikan vaksin rekombinan secara intramuscular pada umur 2-6 bulan. Dosis ke dua diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis ke tiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertama.12

Pemberian pada bayi prematur
Untuk bayi prematur, American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan pemberian imunisasi HB pada bayi prematur dengan cara sebagai berikut:12
1.      Bayi yang lahir dari Ibu HBsAg negatif dan berat badan < 2 kg; pemberian imunisasi ditunda sampai anak keluar dari rumah sakit, yaitu sampai berat badan anak 2 kg atau umur anak 2 bulan.  Vaksinasi yang diberikan sebanyak 3 dosis. Pada pasien ini tidak diperlukan pemeriksaan serologik.
2.      Bayi yang lahir dari Ibu dengan HBsAg positif:
-          Bayi prematur : dosis pertama diberikan dalam 12 jam pertama. Dosis kedua diberikan 1 – 2 bulan kemudian dan dosis ketiga pada umur  6 – 18 bulan. HBIG 0,5 ml diberikan segera pada tempat yang berbeda.
-          Bayi prematur dengan berat lahir < 2 kg: dosis pertama yang diberikan tidak dihitung, dilanjutkan 3 dosis lagi sampai total 4 dosis. Pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg dilakukan 1–3 bulan setelah dosis ke empat. Bila konsentrasi anti HBs < 10 mIU/ml berikan 3 dosis lagi dengan jadwal 0,1 dan 6 bulan diikuti pemeriksaan anti HBs 1 bulan sesudah dosis ke tiga.
3.      Bayi yang lahir dari Ibu dengan status HBsAg tidak diketahui:
Bayi prematur dengan berat lahir < 2 kg: status HBsAg Ibu diperiksa sesegera mungkin, bila dalam 12 jam tidak dapat ditentukan maka berikan  HBIG 0,5 ml dan vaksinasi dosis pertama. Bila ternyata HBsAg ibu positif, maka dosis pertama tidak dihitung, lanjutkan sebanyak 3 dosis lagi sampai total 4 dosis. Pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg dilakukan 1–3 bulan setelah dosis ke empat. Bila konsentrasi anti HBs < 10 mIU/ml diberikan 3 dosis lagi dengan jadwal 0,1 dan 6 bulan, diikuti dengan pemeriksaan anti HBs 1 bulan sesudah dosis ke tiga.12

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah daripada bayi cukup bulan dan respons imun bayi-bayi tersebut masih belum efektif.  Sistem imun belum cukup matur untuk meningkatkan respon imun yang adekuat. Bila imunisasi diberikan segera setelah lahir, hanya 53-68 % yang akan mengalami serokonversi 1 bulan pasca imunisasi ke tiga. Penundaan imunisasi akan meningkatkan angka serokonversi menjadi 90 %, tetapi dengan lama proteksi yang belum diketahui.12
Keberhasilan imunisasi tergantung beberapa faktor, yaitu: status imun, faktor genetik pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin. Keberhasilan imunisasi memerlukan maturitas imunologik.  Pada neonatus, fungsi makrofag masih kurang, terutama fungsi mempresentasikan antigen karena ekspresi HLA (human leukocyte antigen) pada permukaannya masih kurang dan deformabilitas membran serta respons kemotaktik yang masih kurang. Kadar komplemen dan aktivitas opsonin komplemen masih rendah demikian pula aktivitas kemotaktik serta daya lisisnya. Fungsi sel Ts (T supressor) relatif lebih menonjol dibandingkan pada bayi atau anak karena memang fungsi imun pada masa intra uterin lebih ditekankan pada toleransi. Hal ini masih terlihat pada bayi baru lahir.  Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang. Dengan sendirinya, vaksinasi pada neonates akan memberikan hasil yang kurang sempurna dibandingkan dengan anak. Namun demikian bayi prematur atau bayi berat lahir rendah tetap dianjurkan  untuk diimunisasi sesuai usia kronologisnya, dan dosis vaksin tidak perlu dikurangi.12


Tabel 4. Dosis Vaksin Hepatitis B rekombinan.10
Kelompok
Formulasi
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
Bayi dan anak <10 tahun
10 mcg/0.5 mL
0.5 mL
0.5 mL
0.5 mL
Dewasa
20 mcg/ 1.0 mL
1.0 mL
1.0 mL
1.0 mL

9.      Tempat Penyuntikan
Semua vaksin hepatitis harus diberikan secara Intramuskular (I.M.). ini dilakukan sejak dibuktikan bahwa pemberian secara Subcutan (S.C.) kurang baik dalam membentuk daya kebal.14 Kecuali pada orang dengan kecenderungan pendarahan berat  (seperti hemofilia), vaksin diberikan secara subkutan.10
Penyuntikan dianjurkan di daerah deltoid atau paha anterolateral. Pada  orang  dewasa dan  anak  di bagian  otot  deltoid, sedangkan pada bayi di bagian anterolateral paha.10 Titer antibodi pada penyuntikan di deltoid, terbukti 17 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penyuntikan di regio gluteus. Kurang lebih 20 % subyek dengan suntikan di gluteus gagal memproduksi antibodi protektif, hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya jaringan lemak sehingga suntikan tidak mencapai otot. 12

10.  Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) hepatitis B
Efek samping yang akan muncul setelah pemberian vaksin hepatitits B adalah akan muncul reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Namun reaksi ini merupakan suatu proses yang normal karena bersifat ringan dan hilang setelah 2 hari.9
Hepatitis B adalah vaksin yang sangat aman. Sebagian besar orang tidak mengalami masalah dengan vaksin ini.  Menurut laporan, masalah berikut pernah terjadi : 3
-          Rasa nyeri pada bagian tubuh yang disuntik (dialami oleh kira-kira 2 diantara 4 orang)
-          Suhu tubuh mencapai 99oF atau lebih (dialami kira-kira 1 diantra 15 orang)
Masalah yang berat jarang terjadi. Reaksi alergi yang parah diyakini terjadi sekitar satu kali dalam 1.1 juta dosis.3

11.    Kontraindikasi pemberian vaksin hepatitis B
Kontra indikasi vaksin ini adalah pada bayi yang hipersensitif terhadap komponen vaksin hepatitis B. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, dimana vaksin hepatitis B juga tidak boleh  diberikan pada penderita infeksi berat yang disertai kejang.9

12.   Penyimpanan vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B rekombinan  dapat  disimpan  sampai 26 bulan setelah tanggal produksi pada suhu antara +2°C s/d +8°C.  Jangan Dibekukan.10

13.  Hal yang harus diperhatikan saat akan menggunakan vaksin
Hal yang harus diperhatikan saat akan menggunakan vaksin secara umum adalah sebagai berikut :
a.       Perhatikan tanggal kadaluarsa
b.      Perhatikan VVM (Vaccine Vial Monitor)
Pada vaksin hidup.
Menilai vaksin apakah sudah pernah terpapar suhu diatas batas yg diperbolehkan. Caranya membandingkan warna kotak dengan lingkaran disekitarnya.
VVM A : warna kotak masih putih dari lingkaran sekitar. Bila belum kadaluarsa, gunakan vaksin
VVM B : warna vaksin berubah lebih gelap tapi masih lebih terang dari lingkaran sekitar. bila belum kadaluwarsa, segera gunakan vaksin
VVM C : warna vaksin sama gelapnya dengan lingkaran sekitar. Jangan gunakan vaksin, segera lapor ke pimpinan.
VVM D : warna vaksin lebih gelap dari lingkaran sekitar. Jangan gunakan vaksin, segera lapor ke pimpinan.
c.       Freeze tag / freeze watch
Untuk vaksin inaktif. Untuk mengetahui apakah vaksin pernah terpapar suhu DIBAWAH 0 C. Tanda freeze watch bila warna biru melebar, vaksin tidak boleh dipakai. Tanda freeze tag bila muncul tanda silang, vaksin tidak boleh dipakai.
d.      Warna dan kejernihan vaksin
Merupakan indikator kestabilan vaksin.
Contohnya vaksin polio harus berwarna kuning orange. Bila warnanya berubah menjadi pucat atau kemerahan berarti pH nya telah berubah sehingga tidak stabil dan tidak boleh digunakan.
Vaksin toksoid, rekombinan, dan polisakarida berwarna putih berkabut. Bila menggumpal atau ada endapan, maka sudah pernah beku, tidak boleh digunakan
e.       Uji test kocok
Uji kocok untuk membuktikan vaksin pernah membeku atau tidak. Caranya kocok vaksin, diamkan selama 60 menit, bila ada endapan, jangan digunakan15

KESIMPULAN
-          Hepatitis B merupakan penyakit endemis di Negara berkembang, yang disebabkan oleh virus yang dapat merusak sel-sel dan fungsi hati.
-          Pemberian Vaksin hepatitis B sangat efektif dalam mencegah infeksi virus hepatitis B.
-          Vaksin hepatitis B tersedia dalam bentuk rekombinan maupun kombinasi dengan vaksin lainnya contohnya DTP
-          Pemberian vaksin hepatitis B minimal 3 kali. Jadwal yang dianjurkan adalah usia 0, 1, dan 6 bulan  pada bayi karena respons antibodi pada usia itu sangat optimal
-          Vaksin hepatitis diberikan secara intramuskular dan dianjurkan disuntikkan pada deltoid atau paha anterolateral.
DAFTAR PUSTAKA

1.      Kusmawati, Laili dkk. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian imunisasi hepatitis b 0-7 hari. berita kedokteran masyarakat Vol. 23, no. 1. Jogjakarta
2.      Harahap, Juliandi. 2009. Evaluasi Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Usia 12–24 Bulan di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 42 No. 1 . Universitas Sumatera Utara
3.      VIS-Indonesian, 2012. Vaksinasi Hepatitis B yang Perlu Anda Ketahui. www.immunize.org/vis. translation provided by the Wenworth-Douglasss Hospital
4.      Helmi, Alfian. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi di Kabupaten Aceh Utara. Medan
5.      Pusdatin Kemenkes RI, 2014. Situasi dan Analisis Hepatitis. Pekan Peduli Hepatitis B 4-12 September 2014
6.      Zain, lukman Hakim, 2006. Hepatitis B dan permasalahannya. Peringatan dies natalis ke 54 Universitas Sumatera Utara.
7.      WHO, 2015. Media Centre Hepatitis B Fact Sheet www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/# . last update Maret 2015. Diakses pada 2 juni 2015
8.      CDC,2007. Vaksinasi Hepatitis B. http://www.asiaohio.org/wp-content/uploads/2011/06/indonesian_hepatitis_b.pdf diakses pada 19 juni 2015
9.      Depkes. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Kementrian Kesehatan Indonesia. Jakarta
10.  Biofarma. Vaksin Hepatitis B rekombinan.  http://www.biofarma.co.id/ ?dt_portfolio=hepatitis-b-vaccine-recombinant-2\ diakses pada 16 juni 2015
11.  Biofarma.Vaksin Kombinasi DPT-Hb. http://www.biofarma.co.id/wp-content/uploads/2013/08/Vaksin-DTP-HB-10.png diakses pada 16 juni 2015
12.  Ismalita.2003. Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Prematur. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003: 163 – 167. Medan
13.  Rusmil, kusnadi. 2015. Melengkapi/Mengejar Imunisasi (bagian 2). Ikatan dokter Anak Indonesia. http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-ii.html. diakses pada 7 juni 2015
14.  Chairuddin P. Lubis, 2004.  Imunisasi Hepatitis B Manfaat Dan Kegunaannya Dalam Keluarga. Universitas Sumatera Utara.
15.  Biofarma. Vaksin DPT-HB-HiB. http://www.biofarma.co.id/?dt_portfolio =pentabio-vaksin-dtp-hb-hib diakses pada 20 juni 2015
16.  Rinangtyas, Kengi. 2011. Slide kuliah Imunisasi. http://www.slideshare.net/kenggi/imunisasi-10554445?from_action=save&from= fblanding. Diakses pada 20 juni 2015


No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS