Sebuah
Sejarah untuk Masa Depan…
13 Juli 2008. Kami, 120 orang
yang beruntung, diharuskan tiba di Insan Cendekia Gorontalo, Sulawesi. Kami
berasal dari berbagai macam daerah, berbagai macam budaya, berbagai macam adat,
berbagai macam karakter, dan berbagai macam sifat dipertemukan dan dipersatukan
dalam satu ikatan di Insan Cendekia Gorontalo ini. Kami sama sekali tidak mengenal satu sama lain,
kami belum memahami arti sebuah ikatan dan kebersamaan.
Ingatan
tentang Masa Orientasi Siswa oleh angkatan X (Most Sain Teen) dan angkatan XI
(Oxigen) masih terkenang jelas dalam memori kami. Satu bulan penuh yang membuat
kami merasa tersiksa, tapi pada akhirnya kami mengerti dan paham untuk apa kami
diperlakukan seperti itu. Ya! Itu semua demi diri kami sendiri. Itu semua demi
kelanjutan hidup kami di Insan Cendekia yang harus ditempuh dengan penuh
perjuangan.
Sejak
tiba, kami ditempatkan dalam kelas-kelas Matrikulasi selama satu bulan penuh.
Tapi, setelah itu kami dipecah-pecah kembali menjadi lima kelas : X1, X2, X3,
X4, dan X5. Kami akan melangkah bersama ! 120 bintang
yang memiliki tujuan yang sama. Bersinar bersama-sama!
Faustine… X1
Nitendo Peace… X2
Ironia
Cluzter… X3
The Great
Tenkumaru … X4
Heava X Penta…
X5
Ya… itulah
nama-nama kami, nama yang sangat kami banggakan.
Tapi… kami belum menjadi satu !
Waktu pun berjalan dan berjalan tanpa
memerhatikan kami yang semakin hari semakin merasa tak mampu berada di sini.
Hingga ada beberapa diantara bintang kami yang memilih untuk meninggalkan orbit
kami, dan manemukan tempat lain untuk dapat bersinar lebih terang. Dengan
perginya 8 bintang itu, membuat kami tinggal 112.
Minggu siang, 14 Juni 2009.
Kami berkumpul di Central Dormitory
Building untuk melakukan ‘Pemilihan Ketua Angkatan’.
Maka terpilihlah struktur kepengurusan ankatan
kami sebagai berikut:
Ketua :
Aldi Waliyudin Mustofa Marsain
Wakil Ketua : Moh. Ridho Pratama Z. Daud
Sekretaris :
Ayu Ansynesia
Bendahara :
Fuad Azminuddin
Penanggung Jawab Putra : Abdullah Azzam
Penanggung Jawab Putri : Sukma Impian Riverningtyas.
Pada
hari Selasa, 16 Juni 2009 kami tidak pergi ke sekolah seperti biasanya. Karena
semua tugas dan kewajiban akademik untuk sementara telah selesai, tinggal
menunggu hasil rapat kenaikan kelas yang sedang dilangsungkan oleh guru-guru
kami saat itu. Maka kami kembali berkumpul di Central Dormitory Building untuk menciptakan
sebuah ikatan serta nama yang mempersatukan kami semua. Banyak yang mengusulkan
nama untuk kami, yang pertama adalah Maxiic El-fajzeh de Grensa, Adul KB
(Angkatan Duabelas Keren Banget), Adul Istaghfir (Angkatan Duabelas Isti’dadan
li ghozwatul fikri), Articlusin, Desaurus (Dua Belas Susah Diurus), MozaicTwin
(nama yang diusulkan oleh MST), dan yang terakhir adalah Env12ra El-Mizatta
(baca: envizra ,red). Semua nama itu bagus, baik redaksinya maupun artinya.
Keputusan berada di tangan para pengurus angkatan.
Namun, pagi itu ada yang tak dapat berkumpul
berama kami, Akifah….
Ya, dia sakit dan berada di poliklinik.
Pada, 17 Juni 2009. Satu lagi bulu tercabut
dari sayap angkatan kami… Kali ini bukan karena bulu itu tak ingin berada
bersama kami, bulu itu kini telah kembali ke pangkuan-Nya. Hari itulah Allah
sangat mencintainya. Kami… tak akan pernah melupakanya. Saat itu, hanya tersisa
111 bulu di sayap kami. Dan kami selalu berharap, semoga bulu dalam kepak sayap
kami tak akan pernah tercabut lagi. Inilah akhir dari sakit di poliklinik pagi
itu.
Pada ,19 juni 2009. Kami memenuhi
pemintaan terakhir sahabat kami terkasih yang baru saja pergi, lari
bersama seangkatan menghirup sejuknya udara pagi dalam suasana hati yang masih
berduka danmengitari likungan sekitar sekolah kami. Pagi itu pula sebelum mulai
berlari, ketua angkatan kami, Aldi, mengumumkan secara resmi nama angkatan
kami, yang hingga kini kami sebut dengan bangga, Maxiic Istaghfir El-Mizatta.
Pada, 20 Juni 2009. Hari itulah wisuda
angkatan X (Most Sain Teen), bertepatan dengan penerimaan Raport, hasil belajar
kami selama lebih kurang 1 tahun. Hasil perjuangan kamui dengan kwerja keras
penuh peluh. Hasil yang menentukan apakah kami masih bisa bersama-sama seperti
ini lagi dua tahun ke depan. Namun, kami masih tidak menyangka, kami berkurang
lagi. Pada sayap kami saat ini tersisa 108 bulu. 3 bulu lepas lagi. Kami tak
bisa berbuat apa-apa lagi, terlambat untuk berbuat apa-apa.
Setelah
menginjakkan kaki lagi setelah 1 bulan penuh menikmati libur kenaikan kelas ,
kami kembali dikagetkan dengan kepergian 3 orang diantara kami, mereka
memutuskan melanjutkan studi di luar pagar suci Insan Cendekia. Ketika itu,
kami tinggal ber-105! Tak boleh ada yang hilang lagi.
Dan kami memulai kehidupan kami lagi di kelas XI.
Tibalah hari diamana kami menanti-nantikan
kenaikan kelas kedua kami. Kami tak pernah berhenti berharap. Kami terus
berharap, kami ber-105 tetap menjadi satu. Tak terpisahkan. Namun, waktu
berjalan dengan sangat cepat. Tanpa peduli apakah kami sanggup mengejarnya atau
tidak. Tibalah hari itu. Jumat, 18 Juni 2010. Kami , MATATTA mengenakan seragam
putih dan bawahan pramuka, mengenang seragam hari Jumat yang telah dihapuskan.
Kami menyorakkan yel-yel dengan penuh semanga, rasa cemas, takut dan haru.
Semuanya berkecamuk di benak kami. Kami mulai takut, dan rasa takut itu semakin
besar, besar,dan memuncak. Takut akan bagaimana nasib kami selanjutnya.
Tibalah saat dimana kami harus menerima
dan mengikhlaskan semuanya, 5 bulu sayap kami tercabut lagi. Kami tak mampu
menolak apa yang telah digariskan oleh Allah….
Kami ber-100 mencoba bertahan hingga akhir
nanti. Namun, sebuah kecelakaan yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya
mebuat kami semua harus meneteskan air mata kami. Dan akhirnya, kami dengan
berat hati harus melepas kepergian satu teman kami dengan penuh deraian air
mata penyesalan. Hingga akhirnya, 99 nama Allah menjadi pegangan kami, 99 yang
bertahan hingga akhir.
Tahun terakhir di Insan Cendekia. Kami
selalu berharap… dan tak akan pernah berhenti berusaha serta berharap. Hari
yang kami nanti akan tiba, ketika saat yang kami nanti selama 3 tahun… Kami
menyongsong dengan penuh senyuman. Dengan kepakan sayap kebanggaan, merengkuh
semua kebebasan langit dan kokohnya bumi, diatas segala penderitaan, kenangan,
dan kebahagiaan, dan masa depan kami…
Mengukir
sebuah nama penuh makna di atas gelora cakrawala, Maxiic Istaghfir
El-Mizatta.
Hmmm,, jadi terharu, Kak .. :'(
ReplyDeletesemoga angkatan kami bsa bertahan 120 ... amiin,,